Rabu, 12 Desember 2007

GLOBAL WARMING, dalam ocehan anak saya


Sebuah analisa pribadi.
By: Haris

Waktu saya menulis topik ini, hajatan akbar dunia yang bernama UNCCC (United Nation Climate Change Conference) di Bali belumlah berakhir. Serangkaian agenda masih terus berlangsung, mulai dari seminar, diskusi, klausul-klausul sampai dengan "seremoni" tanam pohon dll tampak menghiasi layar kaca kita.

Berbagai dialog dan liputan-pun digelar oleh berbagai stasiun TV. Sampai suatu sore, baru saja aku masuk rumah selepas pulang kerja anak saya sudah memberondong pembicaraan dengan topik Pemanasan Global, terlalu dini sebenarnya untuk anak seumuran dia membicarakan ini. Tapi itulah anak saya, mungkin karena terbiasa mengikuti pola nonton TV saya dan istri yang sering nonton TV hanya pada acara2 yang penting saja, semisal berita, tayangan lain kalo nggak benar2 bermutu / bagus kami malas menonton. Maklum saja, TV kita sudah seperti sampah yang setiap hari berisi hal-hal yang justru merusak karakter kita, mulai dari kekerasan, maksiat, Pornografi, pornoaksi... dll.

Kembali ke anak saya. Sambil melepas sepatu, anakku yang baru berusia 7 tahun itu berkata: "Pak, pak... aku takut sekali lho sama pemanasan global.." Aku tersenyum, lalu balik bertanya: "Emang apaan pemanasan global, tahu dari mana?" dengan tetap mengacuhkannya. "Dari TV, tadi ada di TV pemananasan globa itu bahaya... bisa jadi banyak gunung meletus, gempa bumi, badai, angin puting beliung, banjir.... malah katanya di jakarta deket mas rafi air lautnya sudah meluap".terangnya panjang lebar. "Tapi kita kan nggak kena" kataku. "Lama-lama bisa kena juga Pak... makanya kita nggak usah pake kulkas sama AC aja.., katanya itu juga bikin pemanasan Global... ya pah, copot aja tuh AC-nya.. aku takuuut.." "Tar kepanasan..?" sahutku santai. "Nggak apa-apa, kita pake kipas aja..." Aku menuju kamar sambil tersenyum ke Istriku... Istriku juga mengerti dan geli melihat tingkah anakku.

Sampai malam, rupanya anakku masih kepikiran dengan efek pemanasan global... Aku semakin sadar ketika biasanya menjelang Tidur ia Sholat Isya' sekenanya, kali ini agak lain... Sholatnya agak serius... dan setelah itu berdoa sambil matanya menahan air mata. Aku dekati dia, "Sudahlah Nak, memang pada suatu saat bumi ini akan hancur, entah oleh pemanasan global enath oleh sebab lain, itulah yang dinamakan kiamat, dan kita semua akan mati... yang terpenting adalah setelah mati kita mesti berada dimana? di surga atau neraka...? Kalo pengen di surga kita mesti hidup bener, rajin ibadah... jauhi perbuatan jelek.. ya.., sudah bobo' sana..." Dia menuju kamarnya... setelah lelap, tiba-tiba dia bangun dan menangis... sambil berkata "takuut... takuuut"... Hehehe rupanya pemanasan Global itu terbawa mimpi olehnya.

Pembaca.., petikan di atas benar2 terjadi dalam keluarga saya.
Yang jadi pertanyaan saya adalah apakah kita yang dewasa juga benar-benar takut seperti anak saya menghadapi Global Warming tsb..? Apakah Pemimpin-pemimpin bangsa yang punya kuasa yang sedang berkumpul di Bali itu benar-benar mencurahkan pemikiranya ttg Global Warming itu sampai terbawa mimpi seperti anak saya..?
Saya yakin tidak.

Sebab kalo iya, bukan sekarang mereka baru membicarakanya... melainkan berpuluh-puluh tahun yang lalu mereka sudah berbuat, karena saya yakin mereka ribuan kali lebih pinter dari anak saya. Dan yang paling penting dari petikan cerita anak saya adalah.. maukah mereka memutuskan untuk segera membuang jauh2 apa yang mereka sengangi seperti anak saya yang ingin segera mencopot AC dan membuang kulkas di rumah....
Sekali lagi saya yaki tidak...

Yang ada hanyalah himbauan untuk sekedar berhemat, yang ada hanyalah "pura-pura" menanam, sementara bersamaan dengan itu mereka membiarkan kerusakan bumi menjadi-jadi. Membiarkan "pembangunan" liar tanpa memperhatikan lingkungan lagi. Membiarkan bahkan melindungi perampok hutan dengan topeng sehelai surat ijin HPH...

Aduh kok jadi emosi begini ya pembaca... ya sudah lah, saya yakin pembaca juga tahu arah pembicaraan saya.
Darpada ngelantur mendingan saya sudahi, lain kali disambung. Tks.

Jumat, 07 Desember 2007

QURBAN, Menyembelih Sifat Hewani Kita

QURBAN, Menyembelih Sifat Hewani Kita
Sebuah perspektif pribadi
By; Haris


Beberapa hari lagi kita merayakan Hari Raya Iedul Adha, Jamaah Haji sudah banyak yang berangkat ke tanah suci, tanah impian bagi kita semua. Mungkin tinggal yang Jamaah Haji Plus atau ONH Plus yang belum berangkat. Karena memang Orang-orang plus ini mengambil rukunnya saja dalam menjalankan ibadah haji... jadi praktis mereka berangkat paling terakhir dan pulang paling duluan. Kondisi & fasilitasnya pasti juga lain dengan jamaah Haji biasa, menginap di Hotel Bintang 5 atau 4 minimal, kemana2 diantar dengan mobil Hotel... Pokoknya serba wah dan VVIP.

Sementara bersamaan dengan itu kaum muslimin yang mampu di tanah air sudah mulai keliling2 mencari hewan untuk berqurban nanti di hari Iedul Adha. Jakarta dan sekitarnyapun sedikit berubah wajah, Jadi banyak kebun binatang dadakan disana-sini.. bau Jakarta yang sebelumnya cuma bau selokan dan sampah pun makin menyengat ditambah bau apek dan pesing-nya kotoran sapi dan kambing.

Membicarakan tentang Qurban, mungkin kita sudah sama-sama faham, bahwa Qurban adalah sebagai salah satu ungkapan syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya yang teramat banyak. Selain juga sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. Qurban berasal dari bahasa arab QOROBA = dekat, dan QURBAN sebagai gerund atau kata kerja yang dibendakan jadi berarti Pendekatan, atau upaya pendekatan kepada Allah.

Hari-hari mendekati Idul Adha juga sudah berseliweran mail box sya tentang kisah-kisah yang menyentuh iman kita dimana banyak drama kegigihan seorang hamba dalam melaksanakan cita-cita Qurban. Ada kisah seorang nenek tua yang tidak pernah absen berQurban walau hidup serba kekurangan, sehari dia menabung 3000 perak dari hasil pekerjaan tanganya membuat sapu lidi. Ada yang membongkar 'celengannya'yang sebenarnya buat pendaftaran sekolah anaknya di bulan Juni nanti, dan lain sebagainya.

Memang kalau kita hitung-hitung amatlah wajar apa yang mereka perbuat. Sebab memang Qurban bukanlah ibadah yang terlalu mahal jika dibandingkan dengan biaya kita berbuka puasa di bulan Romadhon, masih agak ringan dibanding biaya mudik lebaran... apalagi dibanding naik haji yang sangat mahal itu. Masalahnya adalah Ibadah ini jarang kita siapkan di jauh-jauh hari, di bulan Muharam misalnya... Qurban baru teringat ketika kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah.. dan sangat berat mengumpulkan dalam waktu uang sebanyak itu untuk membeli seekor kambing. Dan yang terjadi hati kita berkata: "InsyaAllah tahun depan saya akan berqurban"...

Menyembelih Sifat Hewani Kita.
Kata Ustadz dimana aku sering bertanya, Dia punya perspektif lain dalam memahami makna qurban. Selain sebagai rasa syukur dan pendekatan kepada Allah, Qurban juga dimaknai sebagai sebuah symbol penyembelihan sifat hewani kita> ...>
Memang sering membingungkan Ustadz ini. Iya, katanya lagi Puasa Romadhon & bersilaturrahmi di Idul Fitri sering tidak cukup membuat kita berubah, kita selalu kembali ke sifat, sikap dan karakter lama kita, yakni kembali seenaknya dalam hidup, tidak mau ambil pusing urusan orang lain walau orang lain menahan lapar dan hampir mati, sikat sana fitnah sini, seruduk sana tabrak sini, mengaum berteriak-teriak lantang membicarakan aib saudaranya... Pendeknya kita tak ubahnya seberti binatang ternak yang hina.

Eit jangan marah teman, itu bukan saja kata Ustadz saya lho, di Qur> '> annya juga ada.. tapi aku nggak hafal ayatnya.

Maka Qurban kembali datang mengingatkan kita kepada siapa saja, bahwa Dimulai Iedul Adha tahun ini, mari kita sembelih sifat-sifat binatang kita, mari kita buang jauh-jauh karakter hewani kita. Dan kembali pada fitrah mulia kita yakni FII AHSANI TAQWIIM... sebaik-baik penciptaan Allah.
"Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk. Kemudian kami merubahnya menjadi derajat yang paling rendah. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh ... maka banginya pahala..." ila akhiri ayat (At-Tiin)

Wallohu a'lam.

Minggu, 02 Desember 2007

NIKMAT membawa SENGSARA

Sehelai Pengalaman Hidup.
By: Haris

Seharusnya SENGSARA membawa NIKMAT seperti karya novel Abdul Muis yang melegenda itu...
atau NIKMAT membawa nikmat.. seperti kemauan setiap manusia... Lahir dari keluarga kaya nan beriman, besar tercukupi harta dan ilmu.. dewasa tinggal meneruskan kekayaan orang tua, dan mati masuk syurga... hehehe... cita2 setiap orang.

Namun kali ini saya sajikan tulisan NIKMAT membawa SENGSARA... atau bisa juga diberi judul BAIK membawa BURUK...
atau PAHLAWAN yang DITAWAN... hehehe.. terlalu bombastis kali ya.

Tapi itulah yang kami rasakan, Niat baik, itikad baik... ternyata tidak selalu berakibat baik... Nikmat yang rencana kami persembahkan kepada orang lain... justru berbalik arah dan berubah menjadi kesengsaraan...
Bagaimana tidak...? Keresahan terjadi karenanya, Beberapa ibu-ibu menangis karenanya, kerekatan silaturrahmi menjadi retak karenanya amarah, kebencian, dendam, gunjing, ketidak percayaan... kebohongan... justru tumbuh subur karena KENIKMATAN / KEBAIKAN yang saya lempar ke tengah-tengah masyarakat yang "plural" pandangannya.

Saya baru menyadari, betapa berbuat baik itu tidak mudah, berbuat baik tidak selamanya mendatangkan kebaikan... selama dasar perbuatan baik dan dimana perbuatan baik itu dilakukan atas aturan dan nilai manusia... Artinya kebaikan standar manusia.. adalah suatu hal yang relatif, atau nisbi... tergantung siapa yang memandang, tergantung isi kepala dan isi dada masing2 orang.

Inilah yang ingin saya gali... lantas bagaimanakah KEBAIAKN MUTLAK itu...? yang tidak ada embel2 keburukannya sama sekali......?
Berbicara tentang KEBENARAN atau HAQ, saya jadi ingat Doa dalam sholat tahajud yang banyak mengandung kata2 HAQ... yang intinya seluruh kebaikan dari Allah adalah HAQ alal HAQ... artinya sebuah kebenaran mutlaq.

Mungkin inilah yang seharusnya menyadarkan saya, bahwa setiap perbuatan baik harus benar-benar difikirkan apakah kira-kira Haq menurut Allah...? kalau itu sudah difikir... tidak berhenti sampai disitu... apakah orang lain juga sudah karena
Allah dalam memandang kebenaran....? sehingga SEBAB dan AKIBAT atau AKSI & REAKSI sebuah perbuatan sama-sama disandarkan pada maunya Allah, kebenaran Allah..

Tapi itu sulit ya...
Betapa tidak, faktanya kita pun masih berbeda dalam memandang Allah... siapa Allah, maunya Allah dan bagaimana cara kita hidup sesuai maunya Allah.
Ya... saya bilang sulit,
tapi bukan tidak mungkin... jika Allah sudah berkehendak, dan kita benar2 mau memperjuangkannya.


Wa4JJI a'lam bisshowwab.

Kamis, 29 November 2007

IBUKU, "Wanita Perkasa"

Bismillah...

Saat sedang mengalami masalah berat seperti ini, seperti biasa sebagai orang yang imannya masih labil, aku teringat Allah... aku kembali agak serius dalam sholat, agak lama doanya... pake menitikkan air mata segala, saya nggak tahu air mata buaya kali ya, hanya Allah yang tahu... karena dikala senang, seperti biasa aku lupa lagi, aku hanyut dalam hal2 yang "laghwi" lagi.

Selain jadi ingat Allah sebagai baking terakhir yang diandalkan, aku juga teringat Ibu.. ya ibuku yang nan jauh disana... ibuku yang juga sedang berkutat dengan penderitaannya karena sakit stroke yang sudah diderita 2 tahun ini. Ibuku yang sekarang susah sekali berkomunikasi, karena kata dokter ada syaraf bicara yang tidak berfungsi...

Tapi Alhamdulillah, Allah masih sayang sama beliau, masih diberi kekuatan untuk Sholat, dzikir, berjalan walau pelan-pelan, dll. Ah, aku jadi sangat merasa berdosa karena tidak bisa selalu berada didekatnya. Pdahal aku sangat tahu bahwa beliau sangat sayang padaku... 3 / 4 tahun yang lalu., jika aku menghadapi masalah-masalah berat, ibuku selalu seperti merasakan juga., dan segera bertanya aku kenapa? Dengat taku-takut aku biasanya kemudian mengadu kepadanya... sampai seringkali menangis bersama... tangannya yang lembut membelai belai kepalaku, kadang memijat-mijat pundakku, dll yang menambah aku jadi merasa nyaman.

Beliau selalu berucap, sabar... pasti masalah segera berakhir., banyak berdoa, dan Ibu juga akan selalu berdoa. Sambil terus dipijat, akhirnya aku tertidur sampai kira-kira jam 3.30 dini hari, ada rasa air dingin membasuh mukaku, rupanya ibuku dengan tangan yang masih basah oleh air wudzu membangunkanku... Beliau berkata dengan lembut: "katanya mau sholat..?" dengan malas aku jawab: "iya bentar, Ibu sudah...?" "sudah 2 jam..." jawabnya... Hmmm??

Tak terasa aku tidur lagi... Jam 4.20 Ibu membangunkanku lagi... dan posisi beliau masih tetap sama... dengan mukena masih terpakai, diatas sajadah kumal, serta tasbih di tangan... beliau berkata: "bentar lagi shubuh, cepetan wudhlu kita berjamaah Shubuh..."

Rabu, 28 November 2007

KELEBIHAN DIBALIK KEKURANGAN

Pak Hadi, itulah namanya. Seorang kenalan dan tetangga dulu waktu keluarga kami mengontrak di kawasan Islamik.. Jangan bayangkan rumah-rumah mewah itu ya...hehe. Ya kami tinggal di rumah petak komplek kontrakan yang terletak tidak jauh dari gerbang utama Islamic Village, dimana di sebelah kontrakan kami yang berjajar 15 petak... berdiri sebuah rumah... hehehe ya sebuah rumah yang panjangnya sama dengan 15 rumah petak kami.. dan lebarnya mungkin 7 kali lipat...

Mungkin tidak usah banyak dibandingkan, nanti bikin iri... yang jelas itu kenyataan yang ada di tanah air kita..

kembali ke Pak Hadi.
Hari senin, 26 Nov 2007 kemaren sekitar ba'da maghrib aku berkunjung ke komplek kontrakan tersebut, atas undangan dari pemilik kontrakan yang sedang mengadak syukuran khitanan putranya.. setelah ngobrol, makan dan beramah tamah, aku berpamitan kepada sohibul hajat untuk sekedar berkeliling berkunjung ke tetangga2 yang kebetulan masih tinggal di situ. Tidak semuanya masih ada, maklum sudah 4 tahun aku pindah dari komplek itu.

Aku bertanya kepada tuan rumah, apa pak Hadi masih tinggal di sini? "ya, masih ada, dan tidak bergeser dari tempat yang lama"... Ok, tks saya akan mampir sebentar...
Aku langsung melangkah ke pintu petakan pak Hadi yang jaraknya mungkin hanya 20m, sambil menggendong anak saya yng 14 bulan dan diikuti putra pertama saya yang 7 tahun.. sampai didepan pintu yg masih tertutup aku ucapkan salam, "Assalamu'alaikum..!!" anak saya juga ikut-ikutan berteriak "assalmu'alaikum..." tidak kalah nyaring..
dari dalam langsung ada jawaban "Waalaikum salaam, weee pak hariis..., sama ilham ya....???" ilham nama anak saya yg 7 tahun.

Betapa kagetnya saya... aku berucap dalam hati "subhanaLLoh"... kenapa...?
Pak Hadi dan istrinya ini maaf, Buta.... ya buta.. matanya tidak dapat melihat sejak lahir. tapi subhanallah, kepekaan telinganya, ketajaman ingatannya sangat luar biasa... bayangkan, 4 tahun kami tidak bertemu, dan dulu bertetanggapun jarang-jarang ngobrol... tapi dia masih ingat suara saya, anak saya, bahkan umur anak saya waktu mau pindah... perubahan tinggi badan anak saya, dia tahu persis... masya Allah....

Spontan kami berpelukan... sambil terus bicara panjang lebar... tangannya menggapai-gapai kepala anak saya ilham... Dia juga segera tahu kalau saya juga menggendong balita... luar biasa, sungguh Allah Maha Adil...
Yang tidak saya habis pikir, 4 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mengingat suara orang, kadang kita kenal sama orang sebulan saja bisa lupa namanya, apalagi suaranya... dengan Handphon canggih yang sudah pakai teknologi 3G yang suaranya sangat jernih saja sering kita tidak bisa mengenali suara teman kita, jika memang nomornya tidak dikenal...

Tapi ini.. subhanallah. buka itu saja... beliau tahu perkembangan berita lewat radio, dan menggambarkannya seperti dia tahu yang sebenarnya, dia juga tahu jalan-jalan yang berlika liku kampung saya, sehinnga dia yakin bisa ke rumah saya suatu saat. Dia juga tahu jumlah kecamatan.. kelurahan di Kota saya Pekalongan... yang hehehe... say sendiri tidak tahu....

Telinga dan ingatannya benar2 lebih tajam dari pada mata kita... subhanallah....
Saya yakin ini kekuasaan Allah..., selain memang dia benar-benar menggunakan indera selain matanya sebaik-baiknya sebagai wujud syukurnya kepada Allah.

Ini, sebagai Dzikir buat kita, ayat kauniah dari Allah buat kita... bahwa sudah selayaknyalah kita menggunakan indera kita semaksimal mungkin untuk digunakan sebagai mana mestinya menurut kemauan Allah SWT. Agar kita tidak termasuk orang-orang yang disindir Allah dalam surat YaaSiiin, yaitu: "Mereka diberi penglihatan, tetapi tidak mau melihat, meraka diberi pendengaran tetapi tidak mau mendengar... diberi akal tapi tidak mau berfikir." Naudzubillah mindzaalik..

Untukmu Pak Hadi, saudaraku..
Semoga Allah lebih mencintaimu.

Wallahua'lam

Haris

Kamis, 22 November 2007

KITA INI JUGA 'SESAT'..??

Sembari menyiapkan diri berangkat ke kantor, pagi ini aku sempatkan nonton berita di TRANS 7 & TRANS TV yang dikemas dan dibawakan secara santai oleh masing-masing aktor & aktris kondang.

Di dua acara yang berbeda jam tayang itu ternyata ada 2 berita yang sama persis, yakni tentang ALIRAN SESAT... yang beberapa minggu sebelumnya sempat nangkring di posisi jawara... hehe kayak lagu aja, maksudnya sempat menjadi top news di berbagai media. Kita masih ingat betapa geregetannya kita melihat--maaf sebut nama Ahmad Mussadeq Al-Maw'ud.. (sory pak Ahmad ya kalo salah spell Namanya..) dengan ujug-ujug, atau tiba-tiba mengaku Rasul setelah Rasulullah Muhammad SAW.

Berbagai reaksi timbul di Masyarakat sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, yang di lingkungan orang awam karena kapasitasnya hanya bisa marah dan 'nggebugin', ya segera saja gedebag gedebug nggebugin anggota jamaah Musadeq tersebut yang rata-rata ngeyel dengan keyakinannya tsb.

Sementara di tingkat Aparat Keamanan dan MUI juga bereaksi, sampai pada akhirnya dalam hitungan hari Pak "Rasul" itu memproklamirkan dirinya bertobat dan mencopot gelar Rosulnya sendiri yang dulunya dipasangkan sendiri juga.

Seketika itu, suasana dalam "Dunia Berita" maupun masayarakat kembali tenang... dan kembali berpusing-pusing dengan pemberitaan2 lain yang tak kalah bikin puyeng juga. Diantaranya berita Vonis Bebasnya pencuri hutan Adelin Lies, Penculikan, Ricuhnya PILKADAL..., Naiknya Pertamax yang diam-diam.., Dugaan-dugaan korupsi yang makin memperbanyak daftar terdakwa saja... dan ratusan berita lainnya yang Whhhuueeeek!! bikin muntah kalo dilihat dan difikir...

Kembali ke aliran sesat... tentu saja reaksi spontan pemikiran saya pagi tadi, yang mencoba aku ingat-ingat pada saat menulis posting ini.
Terus terang sebagai orang awam aku belum berani menjustifikasi terhadap aliran manapun atau kelompok manapun... kecuali yang jelas2 bukan seagama kali ya... karena kedangkalan ilmu saya kali ya. Yang mwngusik pikiran saya adalah Bgaimanakah kategori "SESAT" menurut yang sebenarnya... tentu saja menurut Allah SWT, bukan menurut kelompok kita, bukan menurut MUI (dengan tidak mengurangi rasa hormat..), dan yang jelas bukan menurut kepentingan apapun kecuali kebenaran.

Sebab yang bikin saya heran siapapun bisa "ikut-ikutan" mengatakan si ini sesat si itu sesat... tapi meraka jarang bisa berkata... aku sesat atau tersesat... dan harus segera memperbaiki diri supaya tidak sesat. Arah pemikiran saya adalah mengapa sesat dimaknai begitu sempit dan tidak substansial, artinya orang dicap sesat hanya ketika dia "menyatakan" diri berbeda dari mainstream keyakinan yang ada. Bukan penilaian itu dialamatkan kepada sebuah "tindakan" orang / kelompok yang mungkin menurut saya jelas-jelas menentang Allah... yang pastinya juga sesat...

Hehehee..... Pembaca pasti bingung ya menangkap arah tulisan saya... maklum baru latihan, jadi kalo nggak enak pasti... isinya kosong... mungkin.
Kongkritnya adalah begini, saya ingin memaknai SESAT (DZOLAL) dan TIDAK SESAT secara lebih luas, karena menurut saya Sesat itu bisa diartikan dengan dosa atau pelanggatran apapun walau itu sangat kecil terhadap aturan-aturan Allah, sedang tidak sesat adalah Hudan / Hidayah yang pada prakteknya manusia selalu dalam koridor keinginan Allah menurut Qur'an & Sunnahnya...

Jadi singkatnya, kalau kita lagi malas melaksanakan ibadah-ibadah wajib... menurut saya ya SESAT juga, misalkan kita melalaikan Sholat, Tidak peduli dengan Fakir Miskin, Tidak mau berhukum dari Allah secara total, dll... Juga berkoar-koar mengatakan / atau mencap sesat orang lain sementara dia tidak menutup aurat sebagaimana aturan Allah.... Maka dari itu mari dengan kerendahan hati sama-sama kita berkata "SAYA SESAT". Dan kalau itu sudah menjadi kebiasaan kita bahkan sudah kita anggap benar "pelanggaran2" kita itu... maka jangan malu-malu kita akui kita telah BERALIRAN SESAT... bahkan mungkin BERIDEOLOGI SESAT...

Sekali lagi maaf, mohon pembaca tidak tersinggung... anggap saja saya berbicara dengan diri saya sendiri... Karena sebenarnya kalo kita mau merenung bahwa Allah juga selalu mengingatkan bahwa kita adalah mahluk yang tidak jauh dari kesesatan dalam mengarungi kehidupan kita sehari-hari. Makanya Allah juga mengajarkan kepada kita untuk setiap kali berdo'a: "ROBBANAA DZOLLAMNAA ANGFUSANAA WAINLAM TAGHFIRLANAA WATARHAMNAA LANAKUUNANNAA MINAL KHOOSIRIIN". Ya rob, sesunggungnya kami telah SESAT, dan jika engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk golongan orang yang rugi...

Nah, ternyata ngaku SESAT juga kan kita...? eh maaf saya...
Wallohu a'lam bishowwab.

Haris

Selasa, 20 November 2007

TERIAK TANGIS TAK BERSUARA

Meminjam dialog Film "DAUN DI ATAS BANTAL" karya Garin Nugroho yang diucapkan Christin Hakim di depan jenazah anak angkatnya... kembali membuat hati saya miris. Dialog itu begitu menusuk siapa saja walau tidak dtunjukkan langsung kepada siapapun.. Christin Hakim berkata: "Orang miskin saja kok pake mati segala, nyusahin aja..." Ini dia ucapkan dikala anak angkatnya (anak jalanan) yang ditolak sana-sini waktu mau dikuburkan... karena si anak tidak terdaftar sebagai penduduk manapun.

Film itu kembali teringat ketika istri saya bercerita panjang lebar tentang perkembangan keadaan di lingkungan dimana kami tinggal. Semula aku tidak begitu merespon, karena perkiraanku pasti itu-itu saja, gosip dan gosip. Bagi seorang laki-laki yang baru pulang kerja rasanya malas sekali mendengar cerita-cerita yang kurang menyenangkan hati... mendingan bermain sama anak-anakku.. begitulah pikirku.

Akan tetapi penggalan cerita-cerita istriku memaksaku untuk mendengarkan... banyak sekali ceritanya, tapi yang menyita perhatianku ada dua; yang pertama TENTANG SUAMI PEMBANTUKU YANG maaf CACAT... Iya, ternyata orang yang tiap hari membantu pekerjaan di rumahku benar-benar orang yang patut diperhatikan.. Suaminya cacat tetap yaitu buntung tangan sebelah akibat kecelakaan. Sehingga dengan keterbatasannya itu ia tidak bisa bekerja lagi sebagai sopir. Praktis yang mencari nafkah adalah istrinya, ya pembantuku itu. Sudah begitu mereka punya anak yang saat ini berhenti Sekolah...

Cerita kedua adalah, masih seputar kehidupan pembantu. Ada seorang pembantu yang aku sangat tahu kerja kerasnya... dengan penghasilan tidak lebih dari 400.000,-/ bulan, dengan suami yang pengangguran, dengan 2 Anak yang putus sekolah yang mereka tanggung, dengan beban sewa kontrakannya 200.000,- / bulan..... pertama hanya membuatku berucap "kasihan ya...."

Tapi Istriku menambahkan: "Sekarang Orang itu hamil..." aku bilang "terus kenapa? wajar kan ada suaminya"... Selanjutnya aku kaget dibuatnya, setelah istriku bilang bahwa Orang itu tidak sanggup menerima kehamilannya itu... dia benar-benar tidak menghendaki janin itu tumbuh menjadi bayi dan lahir... beberapa hari ini dia berusaha keras menggagalkan kehamilannya itu dengan mengkonsumsi makanan & minuman yang membahayakan. Minum soda dicampur obat-obatan, makan nanas yang berlebihan....

Masya Allah... Aku setengah berteriak: "Kenapa tidak kamu cegah..???" "Ssssst... Dia tidak ingin orang tahu..!!"
Aku bingung sekali harus berbuat apa...? apakah aku harus bilang kepada majikannya...? atau bagaimana... sampai detik ini aku bingung.

Dan Aku tahu bahwa ini harus dihentikan, sebelum terlambat....
Dan inilah sebenarnya menurut saya ujian keimanan kita,
Tidak usah jauh-jauh berjihad ke palestina, belumlah terpikir dulu membendung kristenisasi, belumlah dulu berfikir menyantuni Anak Yatim se kampung....
di depan mata kita, ada yang harus kita fikirkan, kita santuni...

Dan saya teringat Hadits Nabi:
- Tidak beriman seseorang, sebelum dia mncintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri...
- Tidak beriman seseorang, sebelum dai memuliakan tetangganya
Dan Allah berfirman: Dicap Pendusta Agama, apabila kita tidak memberi makan fakir miskin.. dan menolong mereka.

Astaghfirullah..
Wallohu a'lam bisshowab.

Jumat, 16 November 2007

KETAPEL KAYU BERCABANG

Berdiri didepan rumahku sambil menggendong si kecil, dan mataku tertuju pada sebuah dahan bercabang pohon mangga, menghantarkan aku pada sebuah kenangan di masa kecil...

Yaitu ketika pada saat itu musim mainan ketapel tiba. berpuluh-puluh temanku sudah memiliki mainan yang sebenarnya bisa disebut senjata pelontar itu. rata-mereka membuat sendiri dari kayu bercabang dua, yang kemudian diberi tali karet, dan diujungnya dipasang kulit bekas sepatu yang berfungsi untuk tempat memegang kerikil.

Aku berhari-hari mencari dahan bercabang dua yang benar-benar bagus untuk dibikin ketapel... tapi sampai beberapa hari belum dapat juga. Sementara teman2 ku yang rata2 penggembala kerbau dengan mudah mereka bisa memilih bahan ketapel itu di hutan.(...bersambung)

Rabu, 14 November 2007

MEMPESANTRENKAN ANAK, Siapakah yang tidak kuat ??


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Terus terang berkenalan dengan Ustadz yang satu ini semakin membuka otak saya, sedikit demi sedikit merubah cara dan pola berfikir saya dalam memandang segala sesuatu. Kali ini saya akan berbagi secuil perubahan pola pikir tersebut kepada Anda.

Berkunjung ke rumah beliau bersama anak saya yang masih berumur 7 tahun, membuat bahasan tentang Anak akhirnya dimulai.

Sebelumnya beliau ngobrol ngalor ngidul dengan anak saya, yang sepertinya nyambung juga. Ternyata mereka berbicara tentang hafalan Al-Qur'an, yang kebetulan anak saya sedang memulai menghafal juz 30 dari Surat An-Naba sampai sekarang baru sampai Al-Mutoffifiin.

Setelah itu Ustadz bertanya kepada saya, kenapa tidak Anda kirimkan putranya ke Pesantren Tahfidz Al-Qur'an...? Ah saya pikir mudah saja menjawabnya... besok Tad, kalo sudah lulus SD, atau SMP... saya pikir jawabanku sudah cukup bagus.
Terus Ustadz menimpali... "Kirim Anak ke pesantren, dididik secara intensif, makin kecil, makin baik.."

Kemudian saya coba berargumen, "Sekecil itu apa sudah kuat Tad..? di Pesantren kan hidup harus mandiri, mengurus dirinya sendiri, selain itu juga dia masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua Orang tuanya..." panjang lebar saya coba mempertahankan pendapat.

Dengan santai beliau jawab: "Anak saya sejak umur 6 tahun sudah di Pesantren, bagi saya itu sudah cukup terlambat... Sekarang sudah hafal 4 juz..., dia kuat kok, malah jarang mau diajak pulang... "Dan itu dibuktikan ribuan Anak-anak lain, bahwa sebenarnya mereka kuat, dan senang hidup mandiri & belajar intensif. Yang tidak kuat itu justru para orang tuanya, mereka tidak kuat ditinggal putra-putrinya untuk belajar... kalau sudah begini sebenarnya ego siapa...? ornag tua kan...?"

Masuk akal juga kata Ustadz ini. "Tapi sebentar Tad, tadi Ustadz bilang anak Ustadz 6 tahun termasuk terlambat untuk dipesantrenkan...??" emang sebenarnya Umur berapa yang paling ideal menurut Ustadz...?"

Sambil tersenyum Ustadz menjawab: "Kok menurut saya, menurut Allah, menurut ajaran para nabi... menurut sunnah Rosul"
Makin bingung saya, memang sih menuntut ilmu diwajibkan Minallahdi ilal Lahdi... tapi prakteknya itu yang harus bagaimana...?

Tidak menunggu lama saya bengong, Ustadz meneruskan: "Rosulullah Muhammad "dipesantrenkan" sejak umur 6 hari, dengan dibawa ke desa Sa'diyah oleh keluarga Halimah. Jadi kepergian pengiriman Muhammad oleh keluarganya bukan sekedar untuk disusui, tetapi benar-benar dididik di Bani Sa'ad yang notabene penganut ajaran Ibrahim yang jauh dari agama berhala & paganisme seperti yang terjadi di Mekkah. Itu yang jarang kita tahu... Makanya Muhammad dengan hasil didikannya tersebut sudah anti paganisme sejak kecil. Contoh lain lagi, Imam Syafi'i diajarkan hafalan AlQuran sejak dalam kandungan, maka pada umur 7 tahun beliau telah hafal seluruhnya... Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa "Mempesantrenkan" anak sejak dini adalah sunnah rosul, ajaran Allah, yang itu tidak boleh diabaikan hanya gara-gara tidak tega-nya orang tua..."

Oooh, begitu ya... aku manggut-manggut sambil melihat anakku yang asyik bermain kertas, sambil membayangkan bagaimana rasanya ditinggal dia untuk menuntut ilmu di Pesantren.

Wallohu a'lam. Semoga bisa sedikit mencerahkan kita semua.

Haris

SATU ILMU BEDA BAHASA

SubhanaLLah...
Memang sungguh luar biasa, ilmu Allah akan sama jika disampaikan menurut maunya Allah juga,
artinya tanpa kepentingan nafsu manusia...

Baru saja kita simak hakikat tujuan SHOUM / puasa Romadhon... yakni menuju TATTAQUUN, TASYKURUUN, DAN YARSYUDUUN...
yang inti pengertian "bahasa manusianya" adalah:
TATTAQUUN : Manjadi manusia baik bagi diri dan orang2 terdekat...
TASYKURUN : Menjadi manusia baik bagi sesama manusia
YARSYUDUUN : Menjadi hamba yang baik di mata Allah...
semuanya terrangkum, harus dicapai semuanya agar Ridho Allah berpihak kepada kita.
Itulah kiranya perspektif menurut Al-Ustadz Naziri Al-Hafidz... bagaimana seharusnya menjadi manusia.


Dalam bahasa yang lain, Syaih Taqiyudin An-Nabhani dalam kitab Nizoomul Islam menerangkan bahwa:
Islam adalah Dien yang diturunkan kepada manusia, yang disempurnakan melalui Muhammad SAW,
dimana ia (baca islam) mengatur tiga hal:
- Mengatur Hubungan Manusia dengan dirinya sendiri
- Mengatur Hubungan Manusia dengan Manusia dan alam semesta,
- dan Mengatur Hubungan Manusia dengan Allah...
Dan aturan itu dibuat hanya oleh Allah supaya mendatangkan kebaikan, bagi dirinya sendiri,
bagi manusia & alam semesta, dan juga baik di mata Allah...

sekali lagi Subhanallah... ternyata ilmu itu sama kita terima, walaupun dengan bahasa yang berbeda...

Dan begitulah seharusnya kita hidup, yang harus selalu benar menjalankan 3 hal, tanpa meninggalkan satupun diantaranya.

Wallohu a'lam

Renungan 5 menit
oleh: Haris

BLAK & WHITE TAHI CICAK

Bsmillahirrohmaanirrohiiim...

Pada hari minggu kemaren kira-kira Pk 8.20, aku ke Musholla,
dalam rangka mempersiapkan seperlunya untuk acara pengajian yang mengundang
Ustadz Naziri, ustadz dengan sederet gelar itu... yang bila ditulis semua bisa satu baris ketikan dengan font arial size 12... hehehe...
tapi yang paling aku kagumi adalah gelar A-Hafidz-nya... yang dengan itu beliau mungkin bisa berbangga diri... bahkan mungkin bisa melebihi orang yg ngaku "rosul palsu..."
jadi kalau beliau lebih pinter harusnya mengaku apa ya...?

Kembali ke cerita awal, aku dengan sekedarnya menyapu lantai Musholla...
Astaghfirullah... ternyata di sana-sini aku temukan kotoran / tahi cicak.. yang khas dengan warnanya itu...

yah... kalau kita perhatikan dan kita fikirkan secara teliti... warna tahi cicak selalu konsisten, pasti duo tone... itu-itu saja... yakni BW... alias black & white...
Tidak peduli sang cicak habis makan apa, tidak peduli si cicak lagi mencret apa tidak...
Heheeheheee... busyet ngapain kita mikirin tahi cicak ya....???

Tapi tetap saja saya terusik dengan keunikan warnanya itu... hitam dominan, dan putih pada bagian ujung kecilnya...

Aku teruskan menyapu ke bagian karpet yang berwarna gelap... ternyata ada 2 tahi cicak juga... kini bagian putih tahi cicak yang terlihat mencolok...
aku sapu ke arah lantai keramik yang berwarna putih.... eeeeh masih juga gampang terlihat tahi itu... karena bagian tahi yg berwarna hitam seolah-olah
memperingatkan.."hai aku tahi cicak... awas!!" hehehehe....


SubhanaLLah.... Astaghfirullah... Allahu Akbar!!
Aku baru sadar .... ternyata di balik warna tahi cicak itu... ada fungsinya, ada tujuan penciptaan-Nya....
yakni mungkin salah satunya agar mudah terlihat dimanapun ia berada... baik di area gelap maupun terang.... hitam - putih.... sekali lagi subhanaLLah.....

Untuk apa...? tentunya untuk memudahkan kita mengidentifikasinya, membersihkannya... mengingat bertahun-tahun kita sudah diajarkan juga tentang "najis".
Nah kesanalah konektifitasnya...

Alhamdulillah, maka aku semakin yakin dengan Al-Quran...
Ternyata apa yang pernah aku baca benar "ROBBANAA MAA KHOLAQTA HAADZAA BATHILAA.."
"Ya Tuhanku... sesungguhnya tiada satupung yang engkau ciptakan sia-sia".....

termasuk tahi cicak itu tadi.... SubhanaLLah...

Wallahua'lam bishowwab.



Let's think about God creation...

Haris.