Kamis, 10 Juli 2008

SUNATAN ANAKKU...

Serrr... berdesir rasa hatiku di tengah riuh ramainya suasana arak-arakan penganten sunat anakku. Sedetik aku tersadar, rasanya baru kemaren aku sendiri yang diarak dengan pakaian yang sama yang dikenakan anakku sekarang, yakni gamis putih panjang dan bertutup kepala ala Diponegoro. Bedanya hanya musik pengiringnya, jaman kecil saya hanya didiringi musik rebana, tapi sekarang anakku diiringi sepasukan Group Marching Band cilik lengkap dengan bendera2 dan 3 mayoret.... wah meriah sekali. Seantero kampung langsung berduyun-duyun berkumpul di tepi jalan untuk menyaksikan rombongan pengantin sunat itu.

Perasaan yang sempat terselip adalah betapa sepertinya waktu berlari begitu cepat... aku yang sepertinya belum lama disunat, sekarang sudah nyunatin anak saya... 23 tahun terlewati seperti baru kemaren... dan aku tersadar rasanya belum berbuat banyak dalam hidup selama itu... betapa ruginya aku. Ahh... tapi suasana sekitar segera membuyarkan lamunanku, kulihat anakku begitu menikmati diperlakukan seperti itu. Seakan pisau sunat yang akan menunggunya nanti malam sejenak terlupakan.

Menjelang maghrib, rombongan sampai di rumah Mbah setelah berputar2 keliling kampung. Tampak anggota marching band sudah kelelahan terlihat dari wajahnya yang sudah pada loyo. Setelah mengakhiri lagu terakhir maka mereka makan bersama dan membubarkan diri menuju ke sekolahan lagi.

Waktu berjalan begitu cepat, Selepas Sholat Isya' undangan walimah segera berdatangan, dan seperti biasa mereka langsung menanyakan mana yang akan disunat. Maka aku panggil anakku dan kakak sepupunya untuk duduk berjajar menyalami tamu2 undangan. satu-persatu mereka memberikan amplop sbagai hadiah... anak saya tersipu-sipu melihat ke arahku. Memang aku sengaja tidak mengatakan bahwa orang2 akan memberinya hadiah... Setelah semuanya bersalaman, maka acarapu segera dibuka, Aku mendampingi anakku di depan tamu2 undangan. rencananya acara akan dibuka dengan pembacaan hafalan Juz Amma oleh anakku, penuh 1 juz.

Setelah semuanya siap maka anakku mulai membaca hafalannya, dimulai dengan surat An-Naba, satu surat dia minta minum... kemudian An-Naziat, Abasa, At-Taqwir, Al-Mutofifin, At-Torik dst... sampai An-Nas. Memang tidak sempat semuanya terbaca, karena pak Dokter sudah menunggu, dan nampaknya anakku sudah kelelahan. Tapi itupun sudah sangat bagus kata para tamu teman-teman ayahku. Mereka berkata kepadaku... kalau bisa diteruskan agar bisa hafal seluruh Al-Qur'an, saya hanya bisa berkata, Doakan saja Pak, terima kasih.

Sementara itu Pak Dokter sudah menunggu dengan seluruh peralatannya, melihat itu anakku jadi ngeri... dia langsung lari ke kamar ibunya sambil menangis. Wah, gawat... giliran sudah final malah berubah pikiran kataku dalam hati... Akhirnya dia setuju tetapi dengan syarat sambil makan es krim. hahaha.... untungnya ada eskrim di kulkas. segera saja Anakku dibaringkan sambil disuapin eskrim, dengan sedikit tangisan, akhirnya setelah berlangsung selama 30 menit proses khitanan itu telah selesai... dan Alhamdulillah legalah rasa hatiku. Paling tidak aku telah mengajarkan dan mempraktekkan sebagian dari syariat islam itu kepada anakku.

Minggu, 22 Juni 2008

4 PILAR PENDIDIKAN ISLAMI

Islam adalah agama yang komplit, bukan sekedar ritual ibadah, tapi merupakan sistem yang mengatur kehidupan, yang akan membawa pada keselamatan dunia dan akhirat. Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, dari urusan toilet sampai gedung parlemen. Termasuk juga dimensi pendidikan, bahkan kata ilmu, yang sangat erat dengan pendidikan, di sebut delapan ratus kali dalam Al Quran. Dengan mendapatkan perhatian sedemikian rupa, menunjukan betapa pentingnya ilmu dalam Islam,. Selain banyaknya ayat Al-Quran yang berbicara tentang ilmu, juga banyak hadis Nabi saw seputar ilmu dan pendidikan.. Di tambah praktek kehidupan para sahabat Nabi saw dan keluarganya, sebagai murid langsung dari Nabi saw.

Pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan tujuan penciptaan kita, yaitu beribadah, sebagaimana yang di perintahkan oleh pencipta kita,

“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz dzariyaat. 51 : 56)

Beribadah kepada Allah swt, hanya bisa terwujud bila di awali dengan ilmu. Sebagaimana wahyu pertama yang di turunkan pada Nabi saw adalah Iqra (QS Al-Alaq : 1-5 ), yaitu perintah untuk membaca. Karenanya proses mencari ilmu (pendidikan) adalah ibadah, dari mulai membaca, membeli buku dan alat tulis lainnya, ongkos menuju tempat belajar mengajar, menyapa dan memperhatikan anak didik, kelalahan mengajar, mencari informasi, mengolah bahan presentasi, dst yang mendukung proses pembelajaran, ialah ibadah. Maka dalam hadis lain, di sebutkan bahwa barangsiapa berjalan mencari ilmu, maka Allah swt akan memudahkan jalanya menuju surga. Ya.., jadi sebagai motivasi kita, bila sedang malas belajar atau mengajar, bayangkanlah surga yang di janjikanNya, dan kita sedang melangkah mendekatinya.

Selain itu, tujuan kita di ciptakan ke bumi ini, adalah sebagai khalifah

“ Ingatlah ketika Rabb mu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” ( QS Al Baqarah. 2 :30 )

Berperan sebagai khalifah, wakil-Nya di muka bumi, untuk memakmurkan bumi dan seisinya ini, juga tidak akan tercapai tanpa pendidikan. Bagaimana mengolah sumber daya yang ada, supaya bermanfaat bagi kehidupan, bukan sebaliknya, menjadi ancaman bagi kehidupan. Seperti saat ini, banyak bencana alam, yang terjadi akibat tangan manusia itu sendiri, yang tidak bersyukur mengatur dan mengolah nikmat alam yang melimpah.

Maka, pendidikan (tarbiyah) adalah kewajiban sekaligus kebutuhan. Yang akan membawa kita, bukan hanya pada kebahagiaan di dunia, tapi juga kesuksesan di akhirat kelak.

Bagaimana supaya pendidikan itu berhasil, sehingga kebahagiaan dunia & akhirat bisa tercapai ? setidaknya ada 4 pilar yang mendukung keberhasilan pendidikan, diantaranya :



Uswatun hasanah (teladan yang baik)
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” ( QS Al-Ahzab .33:21)

Rasulullah saw adalah guru terbaik sepanjang sejarah manusia. Nabi Muhammad saw menerima wahyu di usianya yang ke 40 tahun, selama 22 tahun, 2 bulan dan 2 hari, sampai akhirnya meninggal di usia 63 tahun, telah berhasil mencerahkan umat dari kegelapan jahiliyah menuju terang benderangnya Islam. Juga para murid – muridnya (para sahabat), 30 tahun sepeninggal beliau saw, berhasil menyebarkan indahnya Islam ke 60 % wilayah dunia. Sebuah ekspansi yang progresif ini salah satu rahasianya adalah keteladanan.

Ada banyak cerita kegagalan pendidikan, karena hilangnya keteladanan. Misalkan merokok, ketidaksederhanaan, ketidak tepatan waktu, kekeliruan komunikasi dan seterusnya, menjadi komoditas yang miskin keteladanan, sehingga wajar bila masih lestari dalam keseharian.



Mau’idzoh Mustamiroh ( pelajaran yang berkelanjutan )
Manusia adalah gudangnya salah dan lupa (bukan sekedar tempatnya salah). Maka di perlukan, tidak sekedar pelajaran yang baik, tapi juga pengajaran yang berulang – ulang.

Ada banyak ayat yang menyuruh untuk memberi peringatan.

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. QS. Adz dzariyaat 51:55)

“Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat”
(QS Al A’laa 87: 9)

Pengulangan juga, merupakan teknik yang sangat baik dalam menghafal. Kita bisa menghafal sesuatu, tanpa bermaksud menghafalnya, dengan melakukan pengulangan.



Bi’ah shalihah (lingkungan yang kondusif)
Nabi SAW mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR.Bukhari & Muslim).

Bagaimanapun juga, lingkungan memiliki peran penting dalam pendidikan. Misal, ada pasangan suami istri muda, yang sedang mendidik anaknya supaya sholeh / shalehah, namun karena masih numpang di pondok mertua indah, maka belum bisa terlepas sepenuhnya dari lingkungan sekitarnya (nenek/kakek/ paman/ keponakan, dst), yang di khawatirkan menjadi celah masuknya nilai – nilai yang kurang baik dan tepat. Begitu juga, beda dampaknya bila kita belajar di tempat yang nyaman, memiliki teman yang mendukung, dengan sebaliknya. Memilih lingkungan yang kondusif bagi pendidikan kita atau keluarga kita, adalah hal yang penting, namun bukan berarti lingkungan yang baik itu selalu di cari, tapi bi’ah sholihah ini, juga bisa di ciptakan, dengan membentuk komunitas yang baik. Hidup di lingkungan yang baik adalah nikmat, namun jauh lebih nikmat bila kita bisa menciptakan lingkungan yang baik. Mendapat sahabat yang baik adalah kebahagiaan, namun jauh lebih bahagia bila kita menjadi sahabat yang baik bagi banyak orang.



Manhajussalim ( kurikulum yang selamat)
Kurikulum yang baik dan selamat, adalah kurikulum yang mengacu pada Al Quran dan Sunnah. Karena dengan keduanyalah Islam pada awalnya mencapai kejayaan, dan hanya dengan keduanya pula, kejayaan itu bisa di raih lagi. Kabarnya kurikulum pendidikan di Negara Israel, selalu mengaitkan pada nilai nilai zionisme. Contohnya, dalam pelajaran matematika, bila di sebuah lapangan ada 100 orang muslim, dan 1 orang Yahudi, dan kemampuan 1 orang Yahudi tersebut bisa membunuh 5 orang muslim tiap harinya, maka dalam berapa hari lapangan itu bebas dari orang muslim ? Maka seharusnya kita lebih PD lagi memasukan nilai nilai islami dalam pendidikan, bukan sebaliknya, memisahkan antara pendidikan dengan nilai – nilai agama.

Dalam pendidikan, materi yang baik dan bermanfaat adalah penting, tapi jauh lebih penting metodanya. Dan metoda itu penting, tapi jauh lebih penting gurunya, dan guru itu penting, tapi jauh lebih penting ruhnya ( spiritualnya) . Bila kesemuanya ada, maka insyallah pendidikan akan membekas dan berdampak, walau pendidiknya sudah meninggal sekalipun.



Selamat beribadah dengan pendidikan,
Serta selamat menjadi dan membentuk “agen of change” dengan pendidikan


Wallohu ‘alam

Senin, 02 Juni 2008

DEVIDE AT IMPERA, WASPADA!!!

Entah kenapa, taktik Devide at impera, atau politik belah bambu... atau politik pecah belah ini masih ampuh dipakai sebagai penghancur masyarakat kita. Saat ini saya merasa bahwa taktik ini kembali digunakan, entah sengaja atau tidak sengaja dimanfaatkan oleh pihak tertentu.
Korbannya adalah lagi-lagi umat islam, yaitu diantara kelompok islam "garis keras", "moderat", "sekuler", dan "tradisional".... mereka semua bagian dari umat islam. Mohon maaf kalau saya tidak ikut-ikutan mengecam FPI karena pandangan saya seperti di atas tadi.

Yang juga saya rasakan isu yang berkembang justru melenceng dari isu besar semula yang sebagian besar masyarakat kita sedang memohon-mohon kepada pemerintah untuk membatalkan kenaikan BBM. Dalam hitungan jam sepertinya isu itu lenyap tak berbekas berganti dengan isu bentrokan yang terjadi antara anggota laskar islam / FPI di Monas Minggu, 1 juni lalu. Isu ini bergerak dengan cepat bergulung bagaikan bola salju menghantam pihak-pihak yang selama ini bersikap tegas terhadap Pemerintah, seperti Ormas-ormas islam yang katanya "foundamentalis". Mereka menuai kecaman, menuai tuntutan untuk dibubarkan dll, karena tidak sejalan dengan pandangan mainstream umat islam dengan keindonesiaannya.

Di beberapa media saya baca kondisi semakin memanas, kepada tingkat saling siaga, saling mengancam untuk melakukan tindakan kekerasan.
Dan yang saya sangat prihatinkan... Mereka semua saudaraku... muslim juga, muslim NU, muslim FPI...

Wahai para ulama' tidak Anda yang mulia tidak menyadari ini...?
Wahai Penguasa bertindaklah adil dan arif dalam menyikapi ini....
Wahai saudaraku...? lupakah kalian bahwa muslim itu bersaudara...?

Duduklah bersama... bukalah kembali Al-Quran-mu, hadits Nabimu... renungkanlah tanpa nafsumu...!!
Musuh kita bukan saudara kita sendiri... melainkan kafir penjajah yang telah membuat kita menderita!!

Ya Robb, satukan kembali hati kami, turunkan hidayah-Mu untu kami....
Berikan kepada kami pemimpin yang bisa menjadi wakil-Mu menjalankan aturan-Mu
meneruskan tugas kenabian, dan kepemimpinan menurut manhaj kenabian...
Amiiin......

Senin, 26 Mei 2008

AYO MAHASISWA, KAMU BISA!!!

Meminjam slogan sebuah produk minuman berenergi, sore ini saya menyemangati adik-adikku yang sedang berdemo di beberapa kampus di Indonesia. "AYO MAHASISWA...!! KAMU BISA!!!

Memang sampai sore ini 25 Mei 2008, Demo masih berlangsung di beberapa tempat, antara lain di UKI Cawang, di kampus UNHAS dll. Silahkan orang mau menyalahkan saya karena saya menyemangati mereka... ya karena yang mereka teriakkan adalah sebagian 'kebenaran' yaitu mengingatkan pemerintah agar kembali menurunkan harga BBM.

Berhasil atau tidak, Wallohua'lam hanya Allah yang tahu dan berkehendak...yang jelas mereka telah berihhtiar. Dan sejarah telah mencatat bahwa mahasiswa punya peran penting dalam setiap perubahan di negeri ini.

Masih saya ingat 10 tahun yang lalu saya juga larut dalam demonstrasi meminta Pak Harto turun, menikmati kasur atap gedung DPR/MPR, hingga diusir di malam buta dipaksa keluar gedung rakyat tersebut. Terus terang momen kali ini kembali membakar semangat saya untuk ikut ambil bagian perjuangan tersebut, sayang... kesibukan mencari sesuap nasi hanya bisa memposisikan aku sebagai pengirim doa saja dan menuliskan kata2 simpatik sambil duduk enak di depan layar komputer.

Selain menyemangati, tentunya saya juga mengingatkan... bahwa yang kita tuntut hendaklah perubahan yang jelas, tidak sekedar turunnya harga BBM... dan masalah-masalah lainnya. Kita mesti belajar dari gerakan Reformasi - yang pada akhirnya sekarang hasilnya repotnasi... (ups..! tentu saja ini bukan salah mahasiswa & pemuda) mereka sudah mengentarkan kita ke gerbang... hanya pelaksana2-nya selanjutnya saja yang masih memiliki paradigma konsep yang sama.

Gerakan reformasi dulu terjebak pada "hanya turunnya pak harto" dan menuntut ditegakkannya demokrasi & kebebasan. Padahal justru tuntutan kedua inilah yang semakin membawa kita ke dalam jurang kebangkrutan. Karena kebebasan dilaksanakan tidak hanya dalam hal mengemukakan pendapat... kebebasan telah melegalkan kebebasan berekspresi... ekspresi apapun termasuk "ekspresi pornografi & pornoaksi", kebebasan 'merampok' hutan... dll (bersambung).

Senin, 03 Maret 2008

‘REVOLUSI SOSIAL’

Menarik sekali untuk saya sampaikan di sini tentang percakapan malam minggu kemaren. Dalam sebuah acara kumpul warga satu RT kami sempat ngobrol tentang berita2 yang terjadi di tanah air tercinta akhir-akhir ini.

Mulai dari masalah PLN yang mau naik, dengan segala programnya yang sepertinya makin menyulitkan kita saja. Juga tentang harga premium, yang juga mau naik jadi Rp.8000,-, juga dengan program smart card-nya yang katanya satu orang pengendara motor hanya boleh membeli 1 liter sehari… Huh! tidak masuk akal…, bagaimana dengan teman saya yang bekerja seharian dengan motor keliling Jabotabek…?

Ada juga obrolan tentang, kelaparan yang terjadi di sulawesi, seorang ibu dengan 2 anaknya meninggal gara-gara 3 hari tidak makan…, innalillah, astaghfirulah…
Ternyata masih ada rakyat kita yang mati kelaparan, bahkan jumlahnya ksusnya makin bertambah… setelah 63 tahun merdeka. Di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini, di negeri yang katanya bagaikan potongan surga di dunia ini… di negeri yang rakyat & pemimpinnya agamis, berbudaya gotong royong dan tolong menolong ternyata lagi-lagi ada rakyat yang mati kelaparan.

Dan yang sangat membuat kita geram, tidak ada komentar apapun dari pemimpin pujaan kita itu… beliau diam seribu bahasa untuk hal2 yang seperti ini, malah kata2 menyakitkan keluar dari mulut penguasa setempat… “Tidak ada kasus kelaparan di kabupaten saya…” seperti biasa. Lalu mereka yang mati itu rakyat siapa Pak Bupati…? rakyatmu atau hanya binatang…?

Belum selang 24 jam kami ngobrol…, besok sorenya hari Minggu, ada lagi berita yang mengejutkan… seorang Jaksa tertangkap tangan sedang bertransaksi menerima uang 6 Milyar dari seorang Pengemplang uang rakyat (Kasus BLBI) yang jumlahnya puluhan trilyun rupiah. Dugaan kuat sementara adalah uang itu merupakan suap untuk penutupan kasus BLBI konglomerat hitam tersebut, Wallohu a’lam.


Hmmm…., Pantas saja negeri ini makin lama makin terpuruk, bencana tiada henti, sepertinya tiada berkah lagi turun dari langit, yang ada bencana dan bencana… serta cobaan2 yang bertubi-tubi, Karena faktanya penguasa2 kita kelakuannya seperti itu… yang terasa oleh kita hanya selalu menyengsarakan rakyat bawah, dengan berbagai kebijakan yang menekan, kemudian aparatnya dipenuhi dengan para penipu, koruptor dan orang2 licik serta rakus… naudzu billah.

Pantas saja, kemaren sahabat saya yang sabar dan pendiam saja sempat melontarkan kata-kata pamungkasnya…”REVOLUSI SOSIAL saja!!” yah.. revolusi sosial katanya… Saya tidak bisa membayangkan, jika ini sudah diucapkan 10 juta rakyat Indonesia saja. Tapi ya itu lah… mungkin sebagian rakyat memang sudah benar2 muntah melihat kondisi negeri ini.

Ya robb, berikan petunjuk padaku, pada kami dan pada pemimpin2 kami agar kembali kepadamu, kembali patuh kepada aturan2-Mu, sehingga tak segan2 Engkau curahkan berkah-Mu dari langit dan bumi.

Wallahu a’lam

Haris

Kamis, 21 Februari 2008

GARA2 DEMO TUKANG SOTO...

Dasar hedonis, maunya memuaskan nafsu pribadi saja, Ya..., nafsu makan.
Siang tadi karena kepinginnya sudah dari 2 minggu, pas waktu istirahat siang dari kantor aku bela-belain naik angkot menuju warteg yang juga menjual SOTO BETAWI. warung ini sudah beberapa tahun aku tidak kunjungi, hmmm... kangen rasanya membayangkan soto dagingnya yang mak nyusss....

Sampe di warung, tanpa ba bi bu... aku langsung mendekati Bu Ika (Pemilik Warteg tsb).
"Bu soto daging satu...!"
Bu ika menoleh sambil tersenyum,
"Daging nya lagi gak jual mas..., lagi demo nih..."
"Haaah...!!???" aku kaget ".. demo..? emang kenapa bu..?"
"Tau, daging lagi mahal banget...!"
"Ya sudah, soto ayam saja..."

Sambil duduk menunggu soto ayam aku nggak habis pikir... apa-apa kok makin mahal... nggak yang komoditi murahan, nggak yang komoditi mahalan... semuanya naik.
Dari mulai kedelai, beras, daging, BBM... semuanya-semuanya.....
pantes aja makin banyak orang putus asa, pantes aja makin banyak maling...
curanmor... hehhe ada hubungannya nggak ya....?

Ya robb, bimbinglah para pemimpin kami supaya bisa menjadi pelayan rakyatnya menuju kesejahteraan dan berkah Allah SWT. amiin

MUNAJAT RATU GEOL DI DEPAN KA'BAH...

Ya Tuhanku...
Alhamdulillah telah kau berikan 'berkah' yang berlimpah kepadaku
hingga aku sampai di puncak kenikmatan ini...
Ini semua tidak terlepas dari ridhomu, dan juga kegigihan 'jihad'-ku
dan orang2 yang mencintaiku...

Ya Tuhanku, Puji atas-Mu yang telah menganugerahkan bentuk tubuhku yang menarik,
sehingga dapat menjadi wasilahku mencari rizki-Mu..

Terakhir ya Tuhanku...
Sehatkanlah aku, kuatkanlah 'pinggulku' sehingga aku dapat terus bergoyang, ngeboooor... ngecooor... nggergaji... dan menghibur umat-Mu,

Sehingga setiap tahun aku dapat mengunjungi Ka'bah-Mu yang suci ini...
Amiiin.......

Ratu Geol.



Ya Allah....
Berilah petunjuk kepada mereka, amiiin.

Haris

Rabu, 20 Februari 2008

KONSEP BERKAH DALAM ISLAM

Burhan Djamaluddin

Dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan, kata "berkah" berasal dari bahasa Arab. Akan tetapi, apakah pengertian kata "berkah" dalam bahasa Arab memiliki pengertian yang sama dengan kata "berkah" dalam bahasa Indonesia? Tulisan ini dilakukan untuk mengungkap makna kata "berkah" dalam bahasa Arab dan konsep Islam. Untuk itu, perlu diungkap terlebih dahulu pengertian kata "berkah" dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat dipahami perbedaan pengertian kata itu dalam dua bahasa yang berbeda.

Poerwadarminta, penyusun Kamus Bahasa Indonesia, menulis bahwa kata "berkah" memiliki beberapa makna. Makna-makna itu adalah: a) Karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan kepada kehidupan manusia, misalnya dalam kalimat: Mudah-mudahan Tuhan melimpahkan berkatnya kepada kalian; b) Oleh karena dan akibat, misalnya: Berkat rajin usahanya, ia mendapat kekayaan sebanyak itu (karena rajin berusaha ia mendapat kekayaan sebanyak itu); c) Keberkatan, beruntung, dan bahagia, misalnya: Bagaimana perusahaan tuan? Berkat juga tuan (untung juga tuan); d) Makanan yang dibawa pulang sehabis berkenduri, misalnya: Ia pulang tiada membawa berkat; e) Memberkati, misalnya: Semoga pekerjaan kita ini diberkati Tuhan Yang Maha Esa, Pendeta itu berdoa untuk memberkati orang yang ada di sekitarnya, serta Barang curian tidak akan memberkati (tidak membawa kebaikan atau keselamatan); f) Restu atau pengaruh baik (menyebabkan selamat) yang didatangkan dengan perantaraan orang tua, orang suci dan sebagainya, misalnya: Ia selalu berdoa dan minta berkat kepada orang tuanya yang telah meninggal.

Dalam bahasa Arab, kata "berkah" berasal dari kata kerja madli (kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu) baraka. Kata ini, menurut al-Asfahani, pakar bahasa al-Qur'an, dari segi bahasa, mengacu kepada arti al-luzum (kelaziman), dan juga berarti al-tsubut (ketetapan atau keberadaan), dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Senada dengan al-Asfahani, Lewis Ma'luf, juga mengartikan kata baraka dengan arti " menetap pada sesuatu tempat". Dari arti ini, muncul istilah birkah, yaitu tempat air pada kamar mandi. Tempat air tersebut dinamakan birkah karena ia menampung air, sehingga air dapat menetap atau tertampung di dalamnya.

Di dalam al-Qur'an, kata baraka dengan berbagai kata jadiannya muncul sebanyak 31 kali. Dari 31 kali itu, semua kata baraka dapat dikatakan mengacu kepada arti tsubut al-khayr al-ilahy. Walaupun terjadi perkembangan arti, sesuai dengan konteks kalimatnya, kata baraka tetap tidak jauh dari makna tersebut. Setelah muncul dalam struktur kata yang berbeda dan dalam konteks kalimat yang berbeda pula, diantara kata ada yang merujuk kepada sifat-sifat Tuhan, misalnya kata tabaraka Allah. Dalam konteks seperti ini, kata baraka berarti Maha Suci. Ungkapan ini dapat ditemukan, antara lain, dalam surat al-A'raf ayat 54, al-Mu'minun ayat 14, al-Furqan ayat 10 dan 61, Ghafir ayat 64, al-Zukhruf ayat 85 dan al-Mulk ayat 1. Diantara ayat yang mengandung kata baraka dalam makna ini dapat dikutip terjemahnya sebagai berikut: "Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS al-Mulk ayat 1).

Kata tabaraka dalam ayat di atas diterjemahkan dengan makna Mahasuci, sama dengan makna kata tasbih (mensucikan). Mensucikan Allah berarti mensucikan-Nya dari sifat yang tidak layak untuk dimiliki Allah, misalnya menganggap ada lagi tuhan selain Allah, atau yang dikenal dengan istilah al-syirku. Dengan kata lain, kata tasbih berarti Mahasuci. Kata tabaraka dalam ayat 54 surat al-A'raf juga berbicara mengenai sifat Allah. Dalam ayat itu, Allah menjelaskan bahwa Tuhan ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Dia bersemayam di atas 'arasy. Dia mengganti malam dengan siang dengan pergantian yang cepat. Dia menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang, masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Menciptakan dan memerintah adalah wewenang Allah sendiri. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.

Secara tersurat, ayat di atas dapat mengacu kepada arti bahwa Allah memiliki sifat lahiriyah, seperti makhluk-Nya. Kata yang dapat mengacu kepada arti lahiriyah tersebut ialah fi sittati ayyamin. Kata ini, secara tersurat, berarti enam hari (masa). Bila Allah ketika menjadikan makhluk memerlukan dimensi waktu, maka sama dengan perbuatan makhluk-Nya, yang memerlukan waktu untuk melakukan sesuatu. Hal itu dapat membawa kepada adanya kesamaan antara Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, kata fi sittati ayyyamin, ditafsirkan oleh para mufassir dengan arti enam periode (tahap). Kata ayyamin dalam ayat ini tidak diartikan dengan makna hari, sebab perhitungan hari, yang terdiri atas dua belas jam, baru ada setelah tercipta-Nya alam semesta ini, dan perhitungan hari itu diciptakan oleh manusia. Penafsiran kata-kata seperti ini, dalam kitab suci al-Qur'an, tidak dapat dilakukan secara lahiriyah, walaupun berdasarkan riwayat seperti yang ada dalam beberapa kitab Tafsir, sebab dapat mengacu kepada makna menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Dengan mengutip riwayat tersebut, al-Maraghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa Tuhan memang menjadikan alam ini dalam enam hari. Pada hari sabtu Tuhan menjadikan tanah, pada hari ahad Tuhan menjadikan gunung, pada hari senin Tuhan menjadikan pohon-pohon, pada hari selasa Tuhan menjadikan sesuatu yang tidak disenangi, pada hari rabu Tuhan menjadikan nur (cahaya), pada hari kamis Tuhan menjadikan awan-awan dan pada hari jum'at waktu 'ashar Tuhan menjadikan Adam. Namun, riwayat yang dikutip al-Maraghi, ketika menafsirkan ayat tersebut, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai riwayat isra`iliyat. Padahal, riwayat isra`iliyat ditolak oleh kebanyakan ahli tafsir. Jadi, dalam hal ini kita dihadapkan kepada dua persoalan. Pertama, kita menghadapi ayat yang menginformasikan terma-terma keduniaan, seperti enam hari, yang mengusik kita untuk ingin mengetahui makna sebenarnya. Pada sisi lain, keterangan-keterangan yang menjelaskan ayat-ayat seperti ini banyak dipengaruhi oleh isra`iliyat.

Nampaknya, untuk tidak membawa kepada adanya sifat Tuhan yang lahiriyah, maka Tuhan menekankan dengan kata-kata ala lahu al-khalq wa al-amr (ketahuilah bahwa urusan menciptakan alam dan bumi dengan segala isinya dan mengatur kehidupan makhluknya adalah hak Tuhan semata). Hal itu pula yang dapat kita pahami dari munculnya kata penutup ayat yang berbunyi tabarak Allah rabb al-'Alamin ( Maha suci Allah, Tuhan semesta alam). Kata penutup ayat ini terkait dengan ungkapan sebelumnya, yakni ala lahu al-khalq wa al-amr, bahwa Tuhan Maha Suci dari hal-hal yang bersifat lahiriyah, seperti Tuhan membutuhkan dimensi waktu dalam menciptakan bumi dan langit, dan kekuasaan Tuhan tidak sama dengan kekuasaan makhluk-Nya. Hubungan kesesuaian antara uraian pada awal ayat dengan kata penutup dikenal dalam ilmu tafsir dengan istilah munasabah. Munasabah itu, disamping menunjuk kepada adanya kesesuaian antara awal uraian ayat dengan penutup, juga hubungan kesesuaian antara kata dengan kata lain dalam satu ayat, kesesuaian antara ayat dengan ayat lain dalam satu surat, kesesuaian antara ayat dengan ayat lain dalam surat yang berbeda, hubungan antara surat dengan nama surat dan hubungan antara penutup surat dengan awal surat berikutnya.

Dalam ayat lain ditemukan juga kata tabaraka yang berarti Mahasuci (Tuhan), misalnya dalam ayat 14 surat al-Mu`minun. Dalam ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa Tuhan menjadikan manusia dari air mani. Dari air mani itulah, Tuhan mengubahnya menjadi segumpal darah, kemudian menjadi tulang yang dibungkus dengan daging. Setelah itu, Tuhan menjadikannya sebagai makhluk yang berbentuk lain. Pada penutup ayat, Tuhan mengatakan: "Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik." Kata tabaraka, yang diartikan maha suci oleh Departemen Agama dalam ayat ini, berarti bahwa Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu, antara lain menciptakan manusia yang mengalami beberapa proses, tidak dibantu oleh siapa pun. Dia sendiri yang menciptakannya dan Maha Kuasa menciptakan seperti itu. Jadi, kata tabaraka berarti tidak membutuhkan pendamping dalam menciptakan alam dengan segala isinya yang cukup luas dan indah.

Dari kata baraka muncul kata mubarakat. Kata ini ditemukan dalam surat al-Dukhan ayat 2. Dalam ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa al-Qur'an turun pada malam yang di"berkah"i (mubarakah). Kata mubarakah dalam ayat ini, dapat dipahami dengan jelas jika dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang berbicara mengenai masalah yang sama, misalnya ayat 1 surat al-Qadr. Dalam ayat disebut tarakhir ini, Allah menjelaskan bahwa al-Qur'an diturunkan pada malam Qadr. Pada malam Qadr itu, Allah memberikan nilai pahala yang berlipat ganda kepada orang yang melakukan ibadah. Nilai ibadah pada malam itu, lebih baik dari nilai ibadah pada seribu bulan lainnya. Dengan mencari munasabah antara ayat-ayat seperti ini dapat dipahami bahwa kata mubarakah dalam surat al-Dukhan ayat 2 merujuk kepada arti kebaikan Tuhan yang diberikan kepada orang-orang yang beribadah pada malam tersebut, yakni kebaikan yang berlipat ganda bila dibandingkan dengan pahala ibadah pada malam-malam lainnya.

Dalam ayat 1 surat al-Furqan ditemukan juga kata tabaraka, yang mengacu kepada arti Mahasuci Tuhan. Dalam ayat tersebut, Allah disamping menjelaskan bahwa Ia menurunkan al-Furqan (al-Qur'an) kepada hamba-Nya untuk menjadi peringatan bagi alam semesta, Ia juga menggunakan kata tabaraka yang dikaitkan dengan diturunkannya al-Qur'an. Pentingnya penempatan kata tabaraka dalam kaitannya dengan diturunkannya al-Qur'an, karena substansi al-Qur'an tidak dapat ditandingi oleh manusia, sejak diturunkannya pada masyarakat jahiliyah hingga zaman kita sekarang. Memang ada beberapa orang yang mencoba menandingi al-Qur'an, antara lain Musailamah al-Kazzab, dan Utbah bin Rabi'ah, namun usaha mereka tidak pernah menyamai al-Qur'an, apalagi menandinginya. Bahasa-bahasa yang mereka susun, yang dikatakan sebagai al-Qur'an, jauh berbeda dengan bahasa-bahasa al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad. Jadi, penempatan kata tabaraka dalam ayat 1 surat al-Furqan, dan dengan dikaitkannya dengan uraian mengenai al-Qur'an yang datang dari sisi Allah serta kenyataannya yang tidak dapat ditandingi oleh manusia, menunjukkan sifat kemahakuasaan Tuhan yang jauh dari kekuasaan manusia.

Bentuk lain dari kata baraka ialah barakat (jamak dari kata barakah). Dalam bentuk seperti ini, kata barakah berarti tsubut al-khayr al-ilahiy. Makna kata barakah seperti ini dapat ditemukan dalam al-Qur'an surat Fushshilat ayat 10, surat al-A'raf ayat 137, surat al-Isra' ayat 1, surat al-Anbiya' ayat 71, dan 81, surat Saba' ayat 218, dan surat al-A'raf ayat 96. Diantara ayat yang mengandung kata barakah dalam makna seperti ini dapat dikutip terjemahnya sebagai berikut: "Jikalau sekiranya penduduk kota beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka "berkah" dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat (Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Kata barakat dalam ayat di atas berarti kebaikan Tuhan. Kebaikan itu tidak diterima begitu saja oleh manusia. Ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh manusia untuk mendapatkannya. Dalam surat al-A'raf ayat 96, misalnya, Tuhan mengaitkan pemberian-Nya ("berkah") dengan keimanan dan ketaqwaan. Kebaikan itu dapat muncul dari langit dan dari bumi. Menurut Ahmad Mushthafa al-Maraghi, penulis Tafsir al-Maraghi, "berkah" dari langit mencakup pengetahuan yang diberikan Tuhan dan ilham (bimbingan)-Nya dan dapat pula berarti hujan dan semacamnya yang mengakibatkan kesuburan dan kemakmuran tanah. Sedangkan "berkah" dari bumi adalah tumbuhnya tanaman setelah turunnya hujan dari langit. Lebih lengkapnya, al-Maraghi menafsirkan bahwa seandainya penduduk suatu negara beriman kepada apa-apa yang dibawa oleh Rasul Tuhan, misalnya mentauhidkan-Nya, dan menjauhkan diri dari kemusyrikan dan tidak membuat kerusakan di bumi, maka Tuhan akan memberikan kebaikan ("berkah"). "berkah" itu berupa turunnya hujan dari langit yang menyuburkan tanah. Akibatnya, makmurlah kehidupan penghuni bumi. "berkah" lain adalah berupa ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap sunatullah (hukum alam). Tegasnya, menurut al-Maraghi, bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa, Allah akan memperluas kebaikan kepada mereka dalam segala segi.

Namun dalam ayat-ayat lain, Tuhan tidak menjelaskan bahwa untuk mendapat kebaikan harus dengan syarat-syarat tertentu, misalnya keimanan dan ketaqwaan. Dalam surat al-Isra' ayat 1, misalnya Tuhan menjelaskan bahwa Nabi Muhammad diisra'kan (dijalankan pada malam hari) oleh Tuhan dari Masjid al-Haram (kota Makkah) ke Masjid al-Aqsha (Palestina). Masjid al-Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya di"berkah"i oleh Allah. Depertemen Agama mengartikan ungkapan "Tuhan memberi "berkah" Masjid al-Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya" dengan arti" Tuhan menurunkan Nabi-Nabi dan menjadikan subur tanah sekitarnya".

Memang, Masjid al-Aqsha sangat tepat dinamakan tempat yang mendapat "berkah" --dalam pengertian yang diberikan oleh Departemen Agama di atas. Sebab, Nabi yang diutus Tuhan untuk membawa kebaikan hidup manusia, kebanyakan diutus di Masjid al-Aqsha dan sekitarnya. "berkah" diutusnya para Nabi, manusia mendapat ilmu pengetahuan dan petunjuk dalam kehidupannya yang, pada umumnya, tertuang dalam kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut.

Terlepas dari apakah turunnya "berkah" Tuhan harus diawali oleh keimanan dan ketaqwaan manusia atau tidak, kata "berkah" itu sendiri tetap mengacu kepada adanya kebaikan Tuhan, baik yang ada pada manusia maupun yang ada pada makhluk lainnya. Al-Qur'an sendiri disebut oleh Allah sebagai kitab suci yang di"berkah"i (kitab mubarak). Al-Qur'an disebut kitab yang di"berkah"i adalah karena ia mengandung ajaran-ajaran yang baik yang datang dari Tuhan. Tidak ada ajaran dalam al-Qur'an yang tidak baik. Manusia, karena keterbatasannya, terkadang tidak dapat memahami kebaikan yang terkandung dalam kitab suci tersebut. Kata mubarakah juga ditemukan dalam ayat 35 surat al-Nur.

Dalam ayat ini Allah menggunakan kata "berkah" untuk menyifati pohon zaitun, walaupun kata tersebut tetap mengacu kepada makna tsubut al-khayr al-ilahiy. Tegasnya, terdapat kebaikan Allah dalam pohon tersebut, baik yang menyangkut letak pohon tersebut atau substansi dari pohon zaitun itu sendiri. Dari segi letaknya, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pohon zaitun itu terletak pada suatu tempat yang cukup strategis, yaitu tumbuh di puncak bukit, sehingga ia mendapat sinar pada saat matahari terbit dan pada saat matahari terbenam. Akibat letaknya yang strategis, pohon zaitun tumbuh subur. Substansi pohon zaitun itu sendiri dapat menghasilkan minyak yang baik untuk kesehatan manusia. Jadi ringkasnya, penggunaan kata berkat dalam ayat al-Qur'an tidak saja menyangkut kebaikan Allah kepada sesuatu yang diungkap dalam ayat itu, tetapi juga menyangkut sesuatu yang tidak substansial, misalnya letak pohon zaitun seperti yang diterangkan dalam ayat 35 surat al-Nur tersebut.

Kata "berkah" juga digunakan oleh Allah untuk menyifati air (ma`an mubarakan), seperti yang terdapat dalam surat Qaf ayat 9. Kata mubarakan dalam ayat ini pun tetap mengacu kepada kebaikan Allah, yakni yang terdapat dalam air tersebut. Sebagaimana diterangakan pada ayat-ayat setelahnya, air berguna, antara lain, untuk menumbuhkan pohon-pohon yang terdapat dalam kebun-kebun, dan biji-bijian seperti padi, jagung, gandum dan sebagainya yang dapat dipanem. Air juga berguna untuk menumbuhkan pohon kurma yang tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. Semua itu untuk menjadi rezeki bagi hamba Allah.

Memang, air memiliki manfaat yang cukup banyak. Oleh karena itu, pada ayat 30 surat al-Anbiya`, Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Kata-kata "berkah" yang muncul dalam al-Qur'an, semuanya mengacu kepada sebuah arti bahwa pelaku yang memberi "berkah" hanyalah Allah. Oleh sebab itu, baik al-Asfahani, al-Maraghi maupun Lewis, sama-sama memberi arti kata "berkah" dengan arti kebaikan Tuhan. Dengan demikian, ungkapan yang digunakan oleh orang, misalnya: Dengan "berkah" si Fulan, saya tertolong dari segala kesusahan" tidak dipahami dengan arti" si Fulan yang memberi "berkah"", akan tetapi mengacu kepada arti "akibat". Dengan kata lain, akibat si Fulan, saya terhindar dari segala kesusahan. Jadi, si Fulan tidak mempunyai wewenang memberi kebaikan ("berkah"), tapi Tuhanlah yang memberi kebaikan ("berkah"). Si Fulan hanya memberi bantuan kepada orang lain dari kebaikan ("berkah") yang diberikan Tuhan kepadanya.

Ungkapan baraka fiy digunakan untuk mendoakan seseorang supaya mendapat kebaikan atau kerelaan dari Tuhan. Ungkapan baraka Allah fika wa 'alayka berarti ja'alaka mubarakan (Allah memberi kebaikan kepadamu ). Adapun ungkapan al-barak dapat pula berarti al-sa'adah (kebahagiaan), atau al-ziyadah (tambahan). Dari arti asal kata "berkah" ini, dapat dipahami bahwa orang yang dido'akan orang lain agar mendapat "berkah" berarti dido'akan semoga mendapat keridlaan Tuhan. Dengan ridla Tuhan, ia akan mendapat kebahagiaan dan nikmat Tuhan.

Rasulullah pernah mengajarkan ucapan yang ditujukan kepada sepasang penganten yang baru saja melangsungkan perkawinan, yang berbunyi: Baraka Allah lakuma wa baraka alaykuma wa jama'a baynakuma fi khayr" mengandung pengertian doa. Ungkapan tersebut berarti semoga Allah memberi kebaikan kepada sepasang penganten yang baru saja memasuki kehidupan rumah tangga dan menjadi pasangan yang langgeng sepanjang masa.

Kembali kepada ayat yang berbunyi: Hadza dzikrun mubarakun anzalnahu (Qur'an surat al-An'am ayat 92). Ayat ini mengandung makna bahwa kitab suci tersebut berisi kumpulan peraturan yang berbentuk perintah dan larangan Tuhan, yang kalau perintah itu dikerjakan dan larangan dihindari, seseorang akan mendapat kebaikan. Undang-undang itu merupakan sebagian kebaikan yang datang dari Allah. Masih banyak lagi nikmat Tuhan yang tidak dapat dihitung dan diduga. Sesuatu yang dirasakan mendapat tambahan kebaikan Tuhan, walaupun tidak dapat dilihat, disebut juga sebagai "berkah".

Dalam hubungannya dengan tambahan kebaikan ini, Rasulullah bersabda:" Harta benda tidak akan berkurang karena disedekahkan". Secara lahiriyah, mengeluarkan sedekah berarti mengurangi harta. Akan tetapi secara tersirat, harta tidak akan berkurang, bahkan akan bertambah, yakni artinya, Tuhan akan menambah lagi rejeki kepada orang yang mengeluarkan harta, yang boleh jadi tanpa diduga dan tanpa diketahui oleh orang tersebut. Orang yang merasa merugi karena mengeluarkan harta di jalan Allah, karena ia hanya mencari hubungan lahiriyah antara infak harta di jalan Allah dengan kebaikan yang diperolehnya. Dicari dengan jalan apa pun, apalagi dengan jalan ilmiah, yang menuntut adanya pemikiran rasional, obyektif, dan sistimatis, tidak akan ditemukan hubungan antara dua hal di atas.

Oleh karena itu, dibutuhkan sikap imani, yaitu keimanan yang mendalam bahwa sebagian nikmat Tuhan yang kita rasakan dalam kehidupan ini, atau bahkan seluruhnya, adalah pemberian Tuhan. Pemberian Tuhan boleh jadi karena Tuhan memiliki sifat Rahman (pengasih). Dengan sifat itu, Tuhan dapat memberi kebaikan kepada siapa saja, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

Sebaliknya, sanksi (siksaan) Tuhan di dunia terhadap orang yang berdosa, tidak dapat diperhitungkan secara ilmiah dan rasional, sebab tidak ada hubungan yang dapat dilihat secara kongkrit antara pelanggaran yang dilakukan dengan balasan Tuhan di dunia. Hanya sikap imani pula yang dapat mengakui adanya hubungan antara pelanggaran dengan sanksi di dunia.

Dari uraian yang dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa "berkah" adalah kebaikan Tuhan, baik berupa materi maupun non materi. "Berkah" atau kebaikan itu hanya milik Tuhan dan datang dari Tuhan. Dari makna kata "berkah" dalam konsep Islam, dapat diketahui bahwa beberapa makna "berkat" dalam bahasa Indonesia, ada yang tidak sejalan dan ada pula yang sejalan dengan arti "berkah" dalam konsep Islam. Diantara makna kata "berkah" dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah restu atau pengaruh baik (yang menyebabkan selamat) yang didatangkan dengan perantaraan orang tua, orang suci dan sebagainya, misalnya dalam contoh: "Ia selalu berdoa dan minta berkat kepada orang tuanya yang telah meninggal." Makna kata "berkah" seperti ini tidak terdapat dalam konsep Islam, sebab orang yang telah meninggal dunia tidak dapat berhubungan lagi dengan orang yang masih hidup, apalagi memberi kebaikan. Makna lain dari kata berkat dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah akibat, misalnya dalam contoh: "Berkat rajin belajar, ia lulus dalam ujian." Makna kata "berkah" seperti ini tidak dikenal dalam konteks bahasa Arab dan konsep Islam. Orang Arab bila ingin mengungkap keberhasilannya, yang dilatar belakangi oleh kerja keras, mereka mengungkapkannya, antara lain, dengan kalimat: "Huwa najaha fi al-imtihan, li'annahu ta'allama bi juhdin"( Ia lulus dalam ujian, karena belajar dengan sungguh-sungguh). Makna lain lagi dari kata berkat dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata berkat dalam konsep Islam ialah makanan yang dibawa pulang sehabis berkenduri. Ungkapan seperti ini tidak dikenal dalam bahasa Arab dan Islam. Ungkapan tersebut hanya dapat dipahami dengan arti al-ziyadat (kelebihan). Artinya, orang yang mengadakan kenduri, karena memiliki kelebihan harta atau rezeki, lalu membagi-bagikannya kepada orang lain. Selanjutnya, makna lain lagi dari kata "berkah" dalam bahasa Indonesia yang tidak sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah memberkati atau berdoa, misalnya dalam kalimat: "Pendeta itu mendoa sambil memberkati orang yang ada di sekitarnya." Sebab, hanya Allah yang dapat memberi "berkah".

Sedangkan makna kata "berkah" dalam bahasa Indonesia yang sejalan dengan makna kata "berkah" dalam konsep Islam ialah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan kepada kehidupan manusia, misalnya dalam kalimat: "Mudah-mudahan Tuhan melimpahkan berkat-Nya kepada kita sekalian". Makna ini memang sesuai dengan makna kata berkat dalam Islam, sebab makna kata "berkah" ialah tsubut al-khayr al-ilahiy (adanya kebaikan Tuhan). Kebaikan itu dapat dirasakan oleh seseorang, baik sebagai balasan atas ketaqwaan dan keimanannya kepada Tuhan maupun diberikan begitu saja oleh Tuhan karena sifat maha pemurah-Nya dan Maha Kuasa-Nya untuk berbuat sekehendak hatinya, tanpa ada yang mampu menghalanginya. @

MENUNGGU KA'BAH DIHANCURKAN..?

Siang ini dengan perasaan yang tidak jelas aku susun E-mail dengan mengkopi paste berita2 dari detik.com dan eramuslim.com, isinya adalah seputar Demo umat islam mengecam kembali ditayangkannya Karikatur/kartun Nabi Muhammad di 13 media cetak Denmark dan 3 media cetak Eropa.

Saya katakan 'perasaan tidak jelas' karena memang tidak jelaslah perasaan-ku, mau marah.. marah pada siapa? mau kecewa, kecewa pada siapa? mau ngamuk, apa yang diamuk... mau diam, memang diam walau hati bergemuruh....

Bgaimana tidak, sudah tak terhitung Manusia Termulya itu dihinakan..., dan rupanya itu tidak berhenti, Cobalah Anda search di Yahoo.com atau google dan ketik 'Prophet Muhammad', maka akan Anda temukan kartun2 tayangan Jyland Posten banyak sekali, tidak hanya gambar biasa, ternyata di sana Karikatur itu dibuat T-Shirt dan dengan bangga dipakai mereka (laknatuLlah..).

Dan tidak sekedar gambar, disisi lain Aqidah kita juga terus dinodai dengan aliran2 sesat... orang2 yang mangaku nabi, dll. Yang lebih menyedihkan, dibeberapa belahan negeri muslim yang lain... umat islam, umat yang sangat dicintai oleh Muhammad itu... dibantai dengan keji setiap hari, muslimah2 yang suci diperkosa, anak-anak jadi korban keganasan mortir dan senjata para kafir yahudi Israel dan Amerika...

Dan apa yang aku perbuat...? tidak ada...
Aku hanya disibukkan dengan berangkat pagi dan pulang petang untuk mengais gaji yang tidak seberapa, aku terlena dengan tanyangan sinetron, Kontes Mamamia, kontes Dangdut ngebor, tertawa terpingkal2 menonton Tukul 4 mata... dan lain sebagainya. Sesekali hanyut dalam tahajud & dzikir egoisku di malam buta... merasa diri paling dekat dengan Allah, tanpa terucap dan terfikir nasib umat kecintaan Muhammad.

Wahai aku... wahai saudaraku. Saya tidak tahu lagi bagaimana cara membangkitkan ghirohku ini, bagaimana membangkitkan kecintaanku kepada agama ini, bagaimana menjadikan perasaan ini menjadi peka... dan membuat kita berbuat walaupun sedikit...

Kadang aku berfikir..., apakah kita mesti menunggu KA'BAH dihancurkan, sehingga kita bisa bangkit... bangkit lebih mencintai kematian di jalan Allah daripada kehidupan yang dihinakan.

Wallahu a'lam.

Haris

Kamis, 14 Februari 2008

Kamu-kamulah Surgaku...

Bener juga kata Dani di lirik lagunya...
Bahwa surga sementara di dunia ini buat saya adalah mereka..
anak-anakku, istriku, dan seluruh keluargaku
yang selalu mencurahkan cintanya padaku, dan tempatku bernaung
dari segala perasaan yang menggelisahkan...
Dan mereka membuatku lebih bahagia...
Inilah mereka....



Selasa, 22 Januari 2008

Selamat jalan mbak Siti



sepenggal kisah hidup

Rasanya air mata ini tak bisa kubendung, ketika aku mulai rangkai kisah demi kisah, hari-hari yang masih sempat kuingat tentang mbakyuku Siti Nasihah almh.
Betapa tidak, Orang paling tegar yang kukenal sepanjang hidupku dengan hitungan waktu yang tak begitu panjang harus menderita sakit kanker, dan kemudian meninggal dalam dekapan kami bersama.

Sebagai manusia memang tak luput dari dosa, emosi ataupun khilaf di masa hidupnya. Namun jika dibandingkan dengan kebaikannya, rasanya tak sebanding. Saya, saudara-saudara saya, suaminya menyaksikan, bahwa dia adalah wanita sholehah, istri yang sabar bagi suaminya, ibu yang penyayang bagi putra-putrinya, saudara yang paling hangat diantara kami, dan anak yang sholeh bagi ayah & bunda kami.

Mbak Siti,
Rasanya belum setimpal kebahagiaan yang kau dapat di dunia ini dibanding kesabaranmu dalam menghadapi berjuta dera dan derita. Namun aku yakin, kebahagiaan yang tak kau dapat itu adalah kebahagiaan yang tertunda, yang Insya Allah, Dia sendiri yang akan memberikannya langsung kepadamu dengan segala sifat kesempurnaannya.

Masih kuingat betapa hangatnya cerita2 pengantar tidurmu yang hingga kini masih belum hilang dari memoryku. Masih kuingat kerja kerasmu dari mulai membuat 'agar-agar' dan aku yang menjualnya... masih juga kuingat siang malam engkau menggerakkah kakimu menjahit untuk menghidupi anak-anakmu...
Ah.. rasanya semuanya kini masih terjadi, rasanya engkau belum mati.. ya engkau memang belum mati dalam benakku...

Selamat jalan Mbakyuku tercinta...,
doaku untukmu selalu terselip diantara munajatku.