Selasa, 22 Januari 2008

Selamat jalan mbak Siti



sepenggal kisah hidup

Rasanya air mata ini tak bisa kubendung, ketika aku mulai rangkai kisah demi kisah, hari-hari yang masih sempat kuingat tentang mbakyuku Siti Nasihah almh.
Betapa tidak, Orang paling tegar yang kukenal sepanjang hidupku dengan hitungan waktu yang tak begitu panjang harus menderita sakit kanker, dan kemudian meninggal dalam dekapan kami bersama.

Sebagai manusia memang tak luput dari dosa, emosi ataupun khilaf di masa hidupnya. Namun jika dibandingkan dengan kebaikannya, rasanya tak sebanding. Saya, saudara-saudara saya, suaminya menyaksikan, bahwa dia adalah wanita sholehah, istri yang sabar bagi suaminya, ibu yang penyayang bagi putra-putrinya, saudara yang paling hangat diantara kami, dan anak yang sholeh bagi ayah & bunda kami.

Mbak Siti,
Rasanya belum setimpal kebahagiaan yang kau dapat di dunia ini dibanding kesabaranmu dalam menghadapi berjuta dera dan derita. Namun aku yakin, kebahagiaan yang tak kau dapat itu adalah kebahagiaan yang tertunda, yang Insya Allah, Dia sendiri yang akan memberikannya langsung kepadamu dengan segala sifat kesempurnaannya.

Masih kuingat betapa hangatnya cerita2 pengantar tidurmu yang hingga kini masih belum hilang dari memoryku. Masih kuingat kerja kerasmu dari mulai membuat 'agar-agar' dan aku yang menjualnya... masih juga kuingat siang malam engkau menggerakkah kakimu menjahit untuk menghidupi anak-anakmu...
Ah.. rasanya semuanya kini masih terjadi, rasanya engkau belum mati.. ya engkau memang belum mati dalam benakku...

Selamat jalan Mbakyuku tercinta...,
doaku untukmu selalu terselip diantara munajatku.