Rabu, 14 November 2007

MEMPESANTRENKAN ANAK, Siapakah yang tidak kuat ??


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Terus terang berkenalan dengan Ustadz yang satu ini semakin membuka otak saya, sedikit demi sedikit merubah cara dan pola berfikir saya dalam memandang segala sesuatu. Kali ini saya akan berbagi secuil perubahan pola pikir tersebut kepada Anda.

Berkunjung ke rumah beliau bersama anak saya yang masih berumur 7 tahun, membuat bahasan tentang Anak akhirnya dimulai.

Sebelumnya beliau ngobrol ngalor ngidul dengan anak saya, yang sepertinya nyambung juga. Ternyata mereka berbicara tentang hafalan Al-Qur'an, yang kebetulan anak saya sedang memulai menghafal juz 30 dari Surat An-Naba sampai sekarang baru sampai Al-Mutoffifiin.

Setelah itu Ustadz bertanya kepada saya, kenapa tidak Anda kirimkan putranya ke Pesantren Tahfidz Al-Qur'an...? Ah saya pikir mudah saja menjawabnya... besok Tad, kalo sudah lulus SD, atau SMP... saya pikir jawabanku sudah cukup bagus.
Terus Ustadz menimpali... "Kirim Anak ke pesantren, dididik secara intensif, makin kecil, makin baik.."

Kemudian saya coba berargumen, "Sekecil itu apa sudah kuat Tad..? di Pesantren kan hidup harus mandiri, mengurus dirinya sendiri, selain itu juga dia masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua Orang tuanya..." panjang lebar saya coba mempertahankan pendapat.

Dengan santai beliau jawab: "Anak saya sejak umur 6 tahun sudah di Pesantren, bagi saya itu sudah cukup terlambat... Sekarang sudah hafal 4 juz..., dia kuat kok, malah jarang mau diajak pulang... "Dan itu dibuktikan ribuan Anak-anak lain, bahwa sebenarnya mereka kuat, dan senang hidup mandiri & belajar intensif. Yang tidak kuat itu justru para orang tuanya, mereka tidak kuat ditinggal putra-putrinya untuk belajar... kalau sudah begini sebenarnya ego siapa...? ornag tua kan...?"

Masuk akal juga kata Ustadz ini. "Tapi sebentar Tad, tadi Ustadz bilang anak Ustadz 6 tahun termasuk terlambat untuk dipesantrenkan...??" emang sebenarnya Umur berapa yang paling ideal menurut Ustadz...?"

Sambil tersenyum Ustadz menjawab: "Kok menurut saya, menurut Allah, menurut ajaran para nabi... menurut sunnah Rosul"
Makin bingung saya, memang sih menuntut ilmu diwajibkan Minallahdi ilal Lahdi... tapi prakteknya itu yang harus bagaimana...?

Tidak menunggu lama saya bengong, Ustadz meneruskan: "Rosulullah Muhammad "dipesantrenkan" sejak umur 6 hari, dengan dibawa ke desa Sa'diyah oleh keluarga Halimah. Jadi kepergian pengiriman Muhammad oleh keluarganya bukan sekedar untuk disusui, tetapi benar-benar dididik di Bani Sa'ad yang notabene penganut ajaran Ibrahim yang jauh dari agama berhala & paganisme seperti yang terjadi di Mekkah. Itu yang jarang kita tahu... Makanya Muhammad dengan hasil didikannya tersebut sudah anti paganisme sejak kecil. Contoh lain lagi, Imam Syafi'i diajarkan hafalan AlQuran sejak dalam kandungan, maka pada umur 7 tahun beliau telah hafal seluruhnya... Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa "Mempesantrenkan" anak sejak dini adalah sunnah rosul, ajaran Allah, yang itu tidak boleh diabaikan hanya gara-gara tidak tega-nya orang tua..."

Oooh, begitu ya... aku manggut-manggut sambil melihat anakku yang asyik bermain kertas, sambil membayangkan bagaimana rasanya ditinggal dia untuk menuntut ilmu di Pesantren.

Wallohu a'lam. Semoga bisa sedikit mencerahkan kita semua.

Haris

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah, betul itu mas...
salam buat keluarga ya...